Penulis : Nih.Dini
Penerbit : PT Dunia Pustaka Jaya
Cetakan : Pertama tahun 1981
Tebal buku : 275 halaman
Penerbit : PT Dunia Pustaka Jaya
Cetakan : Pertama tahun 1981
Tebal buku : 275 halaman
Isi buku :
Buku karya Nh.Dini berjudul Sekayu ini merupakan buku keempat dari rangkaian cerita kenangan Nh.Dini. Empat judul sebelumnya adalah Sebuah Lorong di Kotaku, Padang Ilalang di Belakang Rumah, Langit dan Bumi Sahabat Kami, Sekayu. Dan yang kelima adalah Kuncup Berseri.
Setiap judul dari cerita kenangan ini menceritakan berbagai pengalaman hidup si penulis bersama keluarganya. Dan dalam buku berjudul Sekayu ini, pembaca diajak berkelana tentang kisah si penulis melalui hari-harinya tanpa bapak di seruas jalan bernama Sekayu. Tempat tinggalnya.
Ya, di buku ini cerita diawali dari meninggalnya tokoh bapak. Lalu sekelumit cerita terakhir bersama si bapak sebelum ia meninggal. Dalam kondisi tanpa bapak si penulis yang ber-aku dalam buku ini mengisahkan bagaimana rasanya tumbuh dewasa tanpa sosok bapak.
Bagaimana ia harus menghadapi konflik dengan kakak dan adiknya. Juga digambarkan dengan jelas bagaimana sosok ibu setelah kepergian bapak. Sifat dan perilaku si ibu dalam memegang dua peranan sekaligus.
Juga dikisahkan bagaimana ia menjalani masa puber sebagai siswi SMP dan SMA. Kisah pertemanan dan perasaan jatuh cinta remaja usia tersebut bisa turut terasakan kala membaca buku ini.
Tak lupa juga kisahnya dalam menemukan jatidiri sebagai penulis, kelak. Dan ini membuat pembaca semakin mengetahui lebih dalam mengenai sosok si penulis. Juga kisah dibalik nama Nh.Dini yang menjadi nama pena si penulis.
Bagi pencinta Nh.Dini, membaca karya-karyanya seperti sedang didongengkan tentang perjalanan hidupnya. Dari mulai kanak-kanak sampai sekarang. Semua kisah tertuang indah sesuai Judulnya. Dan saya sangat menikmati itu. Semacam membaca biografi dalam bentuk berbeda.
Kreo, 19 September 2017
Jejak mba :)
BalasHapusI was here
BalasHapusDulu saya suka baca NH Dini, tapi akhir-akhir ini agak berganti haluan, hehehe ... Mau kembali ke sana lagi masih berat.
BalasHapus