Ahmad Tohari. Siapa yang tak mengenal sosoknya? Andai pun tak mengenal sosoknya. Namun ketika saya sebutkan sebuah judul buku yakni "Ronggeng Dukuh Paruk." Pasti tak asing bukan dengan judul buku tersebut?
Nah, Ahmad Tohari ini yang menulis buku Ronggeng Dukuh Paruk. Saya membaca karya-karya Ahmad Tohari saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Waktu itu buku Ronggeng Dukuh Paruk masih dalam bentuk trilogi. Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala.
Sejak itu saya menggemari karya-karya Ahmad Tohari. Termasuk beberapa kumpulan cerita pendeknya. Nah, kali ini saya akan mengulas buku kumpulan cerpen Ahmad Tohari yang berjudul "Senyum Karyamin."
Tentang Buku
Senyum Karyamin dieditori oleh Maman S. Mahayana. Ia yang menggagas terciptanya buku ini. Dengan mengumpulkan cerpen-cerpen karya Ahmad Tohari yang pernah dimuat media masa.
Buku ini memuat 13 cerita pendek dengan gaya khas Ahmad Tohari. Yakni mengangkat kisah-kisah kehidupan di sekitar desa tempat tinggalnya. Seperti cerpen dengan judul "Wangon Jatilawang."
Kemudian ada cerpen dengan judul "Blokeng, Si Minem Beranak Bayi, Orang-orang Seberang Kali dan lain sebagainya. Cerpen dengan latar peristiwa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca kumpulan cerpen ini kita seperti berkaca atas apa-apa yang ada dihadapan, belakang dan samping kita. Sekaligus diingatkan. "Ini loh kondisi yang terjadi dalam masyarakat kita. Di sekeliling kita jika mau menelaah lebih jauh."
Bagaimana seseorang bisa memperlakukan orang lain yang tak berdaya seenaknya sendiri tanpa ada yang menghakimi. Bagaimana orang tak peduli atas penderitaan orang lain hanya karena orang tersebut bukan siapa-siapa. Cerpen "Blokeng" menggambarkan dengan jelas kondisi tersebut.
Secara keseluruhan cerpen dalam buku ini menarik dan menggugah nurani. Jadi sayang jika melewatkan begitu saja karya-karya Ahmad Tohari.
Tentang Penulis
Ahmad Tohari, lahir di desa Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya SLTA di SMA Negeri II Purwokerto. Namun beberapa fakultas pernah dijajalnya. Namun tak ada yang tuntas. Berhenti di jalan. Novel pertamanya berjudul Di Kaki Buku Cibalak terbit tahun 1977. Selanjutnya Kubah tahun 1980. Selanjutnya Ronggeng Dukuh Paruk dan Lintang Kemukus Dini Hari tahun 1981. Dua novel tersebut merupakan sebuah karya Trilogi dengan novel ketiganya yang berjudul Jantera Bianglala." Hingga kini ia tetap tinggal di kampung halamannya, Tinggarjaya. (EP)
Komentar
Posting Komentar