Langsung ke konten utama

[Review] Senyum Karyamin by Ahmad Tohari

Ahmad Tohari. Siapa yang tak mengenal sosoknya? Andai pun tak mengenal sosoknya. Namun ketika saya sebutkan sebuah judul buku yakni "Ronggeng Dukuh Paruk." Pasti tak asing bukan dengan judul buku tersebut?

Nah, Ahmad Tohari ini yang menulis buku Ronggeng Dukuh Paruk. Saya membaca karya-karya Ahmad Tohari saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Waktu itu buku Ronggeng Dukuh Paruk masih dalam bentuk trilogi. Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala.

Sejak itu saya menggemari karya-karya Ahmad Tohari. Termasuk beberapa kumpulan cerita pendeknya. Nah, kali ini saya akan mengulas buku kumpulan cerpen Ahmad Tohari yang berjudul "Senyum Karyamin."

Tentang Buku

Dokumen pribadi

Judul buku: Senyum Karyamin
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Keduabelas, Mei 2019
Tebal buku: 88 halaman
ISBN: 9789792297362


Senyum Karyamin dieditori oleh Maman S. Mahayana. Ia yang menggagas terciptanya buku ini. Dengan mengumpulkan cerpen-cerpen karya Ahmad Tohari yang pernah dimuat media masa.

Buku ini memuat 13 cerita pendek dengan gaya khas Ahmad Tohari. Yakni mengangkat kisah-kisah kehidupan di sekitar desa tempat tinggalnya. Seperti cerpen dengan judul "Wangon Jatilawang."

Kemudian ada cerpen dengan judul "Blokeng, Si Minem Beranak Bayi, Orang-orang Seberang Kali dan lain sebagainya. Cerpen dengan latar peristiwa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. 

Membaca kumpulan cerpen ini kita seperti berkaca atas apa-apa yang ada dihadapan, belakang dan samping kita. Sekaligus diingatkan. "Ini loh kondisi yang terjadi dalam masyarakat kita. Di sekeliling kita jika mau menelaah lebih jauh."

Bagaimana seseorang bisa memperlakukan orang lain yang tak berdaya seenaknya sendiri tanpa ada yang menghakimi. Bagaimana orang tak peduli atas penderitaan orang lain hanya karena orang tersebut bukan siapa-siapa. Cerpen "Blokeng" menggambarkan dengan jelas kondisi tersebut. 

Secara keseluruhan cerpen dalam buku ini menarik dan menggugah nurani. Jadi sayang jika melewatkan begitu saja karya-karya Ahmad Tohari. 

Tentang Penulis

Ahmad Tohari, lahir di desa Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya SLTA di SMA Negeri II Purwokerto. Namun beberapa fakultas pernah dijajalnya. Namun tak ada yang tuntas. Berhenti di jalan. Novel pertamanya berjudul Di Kaki Buku Cibalak terbit tahun 1977. Selanjutnya Kubah tahun 1980. Selanjutnya Ronggeng Dukuh Paruk dan Lintang Kemukus Dini Hari tahun 1981. Dua novel tersebut merupakan sebuah karya Trilogi dengan novel ketiganya yang berjudul Jantera Bianglala." Hingga kini ia tetap tinggal di kampung halamannya, Tinggarjaya. (EP)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bait Pantun Satukan Negeri, Karya Istimewa di Tahun 2022

Pantun. Jenis puisi lama yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Pantun terdiri atas 4 larik yang masing-masing larik memuat 8-12 suku kata, dengan pola a-b-a-b Buku antologi pantun (dokpri) Sejak sekolah dasar saya sudah mengenal pantun. Kerap mendengar orang berpantun. Senang juga membaca buku-buku pantun. Namun ketika diminta untuk membuat pantun langsung mengangkat bendera putih alias nyerah. Jujur, saya dari dulu paling tidak bisa menulis pantun. Berbeda dengan puisi, yang meski tidak romatis sekali puisinya tapi bisalah. Sedangkan pantun? Duh, pusing. Merangkai dan menemukan kata-kata yang pas untuk tiap lariknya. Jadi tidak pernah terpikirkan untuk menulis pantun.  Tahun 2021 lalu ada undangan untuk menulis buku antologi pantun dari Rumah Produktif Indonesia Sumatera Barat. Tiap peserta diwajibkan menulis 20 pantun. Widih, seram sekali. Dengan DL sekitar satu bulan. Awalnya saya abaikan. Karena memang merasa pusing. Rasanya tidak bakat deh untuk menulis pantun

{Review} Buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi

Awal tahun 2021 saya buka dengan sebuah karya bersama teman-teman Kompasianer berupa buku kumpulan testimoni, 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi . Buku ini merupakan kumpulan artikel Kompasianer (sebutan untuk penulis di Kompasiana) terpilih yang memberikan opininya tentang Tjiptadinata Effendi. Beliau adalah sosok penulis senior di Kompasiana yang sangat ramah dan inspiratif. Kisah perjalanan hidupnya ia ceritakan dengan gamblang di Kompasiana untuk dijadikan pelajaran bagi para pembaca. Mulai dari kehidupannya yang menurut beliau begitu susah saat baru menikah di daerah Padang, Sumatera Barat. Hingga kehidupannya kini yang bahagia di negara Australia beserta anak dan cucu.  Pak Tjip (begitu saya memanggilnya) dan istri beliau, Bu Roselina senantiasa membagikan cerita kehidupan mereka dengan terbuka dan riang gembira. Bagaimana mereka melewati masa-masa sulit sampai bisa menjadi seperti sekarang ini. Bagi para pembaca tentu kisah mereka tersebut sangat inspiratif. Bisa dija

[Review] Buku Sesungguhnya Kita Sudah Terlalu Lelah Untuk Memenuhi Ekspektasi Orang Lain

Tahun baru baju baru [X]  Tahun baru buku baru [✓]  Dan itulah yang saya lakukan. Membaca buku baru.  Buku yang saya baca kali ini judulnya “sesungguhnya kita sudah terlalu lelah untuk memenuhi ekspektasi orang lain” karya Nia Hanie Zen. Buku bergenre psikologi yang dikemas dalam bahasa yang ringan. Sehingga pembaca tidak merasa berat dalam mencerna kalimat demi kalimat. Berikut ini sinopsisnya : Buku ini terdiri atas 30 bab yang ditulis dalam bentuk Day 01 dan seterusnya. Tiap babnya mengupas segala hal dengan sangat detail. Seperti bagian 2 yang mengupas tentang diri kita, bagian 12 tentang menjadi produktif dan masih banyak lagi. Dalam tiap bagian yang dibahas dalam buku ini,  kita akan menemukan kalimat-kalimat ajaib yang bisa menjadi motivasi dan semangat diri. Seperti: Dalam proses mengubah kebiasaan buruk,  pertama-tama sangat dibutuhkan niat yang kuat dari diri kita. Ada kemauan untuk berubah dan kesadaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seorang penulis yang produktif ak