Langsung ke konten utama

Review Buku: "Semakin Santun Karena Berpantun" Karya Achmad Fachrodji

Batang rotan selalu panjang
Susunan rotan jadi anyaman
Mantan bukan untuk dikenang
Karena mantan bukanlah pahlawan
(Pantun, Achmad Fachrodji)

Dokpri

Judul buku: Semakin Santun Karena Berpantun
Penulis: Achmad Fachrodji
Penerbit: Balai Pustaka
Cetakan: Pertama tahun 2019
Tebal buku: 208 halaman
ISBN: 978-602-260-094-7

Tentang Penulis


Dokpri


Achmad Favhrodji. Direksi di Balai Pustaka, Jakarta. Kelahiran Brebes, Jawa Tengah, 16 Oktober 1960. Memiliki kebiasaan berpantun sejak duduk di bangku SMA. Beberapa kali memenangkan lomba kepenulisan. Lulusan Fakultas Kehutanan IPB. Selanjutnya melanjutkan pendidikan pendidikan S2 dan S3 di bidang bisnis serta pemasaran. Sebelum menjadi direksi di Balai Pustaka, pernah menjadi pemimpin di beberapa BUMN, seperti di PT Inhutani I dan Perhutani. Buku pantun ini ia persembahkankan untuk memperingati Hari Jadi Kementerian BUMN ke-21.

Sinopsis

Pantun adalah puisi tertua warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang isinya penuh makna dan nasihat. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang dikenal dalam bertutur di berbagai wilayah Nusantara. 

Tidak  banyak orang dan tokoh masyarakat yang masih fasih dalam berpantun. Maka hadirnya buku Semakin Santun Karena Berpantun menjadi warna tersendiri bagi khasanah sastra Indonesia.

Dokpri

Ada 20 jenis pantun yang terdapat dalam buku ini. Mulai dari pantun jenaka, pantun nasihat, pantun pergaulan, pantun budaya, pantun religi bahkan ada juga jenis pantun media sosial.  Dengan masing-masing jenis menghadirkan 20-30 buah pantun.

Berikut ini beberapa contoh pantun yang terdapat dalam buku ini:

Jenis pantun media sosial

Beli peniti di pusat pertokoan
Singgah dahulu di toko mainan
Hati-hati menyampaikan pesan
Teliti dahulu sebelum diviralkan

Jenis pantun jenaka

Ada belalang makan kacang
Kacang panjang banyak di ladang
Ada uang kakanda disayang
Tak ada uang janganlah ditendang

Jenis pantun religi

Kalau kita memasak sayur
Ambil rantang masukkan ketupat
Kalau kita selalu bersyukur
Rezeki datang berlipat-lipat

Selain itu ada satu jenis pantun lagi dalam buku ini yang disebut pantun dedikasi sastrawan. Isinya tetap nasihat. Tetapi sampirannya mengambil nama tokoh-tokoh sastra dan karyanya. 

Berikut ini contoh pantun dedikasi sastrawan:

Azan dan sengsara roman perdana
Merari Siregar sang penulisnya
Sedikit bicara sikap bijaksana
Selalu mendengar baik akibatnya

Buya Hamka ulama ternama
Penulis termasyur zaman dahulu
Haruslah peka terhadap sesama
Selalu bersyukur jadikan penghulu

Kesimpulan

Buku ini sangat cocok dan bagus dibaca oleh semua kalangan. Menjadi pengingat tentang adanya jenis puisi lama berbentuk pantun. Menghidupkan kembali budaya berbalas pantun. Dan memotivasi siapa saja yang menyukai pantun. Bahwa latar belakang pendidikan bukan alasan untuk tidak berkarya dan menyukai sastra. Sebab latar pendidikan si si penulis buku ini adalah sarjana kehutanan.


#bukubagus
#pantunnusantara
#sastraindonesia
#EstrilookCommunity
#Satubulanduabuku



Komentar

  1. Waaah bagus2 pantunnya. Paling seneng sih baca pantun jenaka, berasa ngehibur banget. Btw jd pengin baca buku karya beliau :)

    BalasHapus
  2. Saya dulu suka sekali apabila mendapatkan tugas berpantun. Karena menurut saya pantun itu indah. Sudah lama tak terasah jadilah menguap kemampuan membuat pantun saya.

    BalasHapus
  3. Semoga terbitnya buku tentang pantun ini, membuat tradisi kuno berpantun Nusantara tetap lestari, dan anak-anak tidak melupakan budaya berpantun :)

    BalasHapus
  4. waktu SD sering saya ikutan pantun di kelas, tapi bergeser setelah SMP ga pernah lagi bikin pantun heheh dan saya senyum-senyum sendiir dong pas baca mantan bukan pahlawan bener juga ya ngapain meski dikenang hehehehe

    BalasHapus
  5. Asyik kayaknya baca buku pantun seperti yang mbak review. Pantunnya bagus-bagus.
    Anak dulu mahir berpantun karena sering ditugaskan di sekolah. Btw kalau anak jaman sekarang tampaknya kurang tertarik hal beginian, sayang banget ya.

    BalasHapus
  6. Menarik sekali, Mbak. karena zaman sekarang mulai jarang yang berpantun ya. Jadi ingatnya sama Jarjit di Upin Ipin yaa..hihi. Suka berpantun. Btw, benar, latar belakang pendidikan bukan alasan untuk tidak berkarya.

    BalasHapus
  7. hal yang selalu terngiang di pikiran saya itu orang berpantun itu cerdas, karena mikirnya cepat. apalagi waktu berbalas pantun huh super deh mikirnya

    BalasHapus
  8. Beli jeruk di pasar pagi
    Rasanya manis bikin nagih
    Kalau sudah baca ini
    Auto ingat sebuah tradisi.

    Hehe
    Di Padang dulu kalau ada yg nikah pasti ada yg berbalas pantun. Sekarang masih ada gak ya ada begitu..

    BalasHapus
  9. Sebagai warisan yang apik, seharunya pantun dilestarikan ya Mbak. Setuju sekali, kalau penggunaan pantun bisa mewakili halusnya budi. Karena pantun tidak memaksa. Penyampaiannya lebih soft.

    BalasHapus
  10. kok jadi inget pas SD ya. mengkonsumsi pantun untuk pelajaran. berbalas pantun itu juga melatih kecerdasan ya mbak.

    BalasHapus
  11. Almarhum Bapakku mbakk, dulu sangat suka berpuisi dan berpantun. Seruu ya bisa merangkai kata dengan begitu indahh beginiii

    BalasHapus
  12. Bagus-bagus yah pantunnya
    Tidak mudah untuk menuliskan pantun yang indah dan sarat makna

    BalasHapus
  13. Kereen...mau donk Mbak bukunya. Jadi ingat zaman sekolah dasar. Belajar pantun dan membuat pantun. Pantunnya bikin kangen zaman dulu, wajib dilestarikan nih Mbak. Salam buat penulisnya ya Mbak

    BalasHapus
  14. Pantun nggak ada matinya ya. Lucu juga, kreatif.

    BalasHapus
  15. Menarik banget, yang bisa bikin pantun biasanya kreatif, kayak yang simpel tapi sebenarnya harus jeli juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Kita bacanya kayak yang gampang gitu ya? Padahal pas nyoba... hadeuuh

      Hapus
  16. Keren pantunnya bisa dan fokus banget ya, aku ngajarin diri dan siswa belum sesanggup ini nih hee terimakasih mas

    BalasHapus
  17. Jujur, saya suka kagum sama orang yang bikin pantun. Bisa nyambung gitu. Keren nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sependapat Mba. Secara memang sulit bikin pantun itu. Menurut saya sih.

      Hapus
  18. buku yang bagus untuk revive pantun di Indonesia ini ya mbak karena kalau saya lihat keberadaan pantun ini sudah nggak begitu diminati lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Peminat pantun tak sebanyak peminat puisi. Sebab memang sulit juga sih bikin pantun itu. Aku sih... hehehe

      Hapus
  19. Wahh, keren-keren nih pantunnya. Apalagi bisa sampai dibuat buku kayak gini. Soalnya, setahu aku kan biasanya puisi ya. Sekarang ada pantun juga. Btw, senior saya nih di kampus si penulisnya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, satu almamater Mba? Bisa reunian kali ketemu nih... hehehe.

      Hapus
  20. wah kebetulan aku paling ga mahir kalo dalam persoalan pantun-pantun gitu mba, buku ini bisa jadi refresh dan bahan belajar nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaaa Mba... hehehehe. Betul, buku ini bisa jadi panduan.

      Hapus
  21. Menurutku orang-orang yang bisa berpantun itu cerdas. karena di abisa merangkai kalimat dengan tepat... Untuk bisa berpantun dengan baik pastinya harus sering-sering latihan bikin pantun dong ya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bait Pantun Satukan Negeri, Karya Istimewa di Tahun 2022

Pantun. Jenis puisi lama yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Pantun terdiri atas 4 larik yang masing-masing larik memuat 8-12 suku kata, dengan pola a-b-a-b Buku antologi pantun (dokpri) Sejak sekolah dasar saya sudah mengenal pantun. Kerap mendengar orang berpantun. Senang juga membaca buku-buku pantun. Namun ketika diminta untuk membuat pantun langsung mengangkat bendera putih alias nyerah. Jujur, saya dari dulu paling tidak bisa menulis pantun. Berbeda dengan puisi, yang meski tidak romatis sekali puisinya tapi bisalah. Sedangkan pantun? Duh, pusing. Merangkai dan menemukan kata-kata yang pas untuk tiap lariknya. Jadi tidak pernah terpikirkan untuk menulis pantun.  Tahun 2021 lalu ada undangan untuk menulis buku antologi pantun dari Rumah Produktif Indonesia Sumatera Barat. Tiap peserta diwajibkan menulis 20 pantun. Widih, seram sekali. Dengan DL sekitar satu bulan. Awalnya saya abaikan. Karena memang merasa pusing. Rasanya tidak bakat deh untuk menulis pantun

{Review} Buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi

Awal tahun 2021 saya buka dengan sebuah karya bersama teman-teman Kompasianer berupa buku kumpulan testimoni, 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi . Buku ini merupakan kumpulan artikel Kompasianer (sebutan untuk penulis di Kompasiana) terpilih yang memberikan opininya tentang Tjiptadinata Effendi. Beliau adalah sosok penulis senior di Kompasiana yang sangat ramah dan inspiratif. Kisah perjalanan hidupnya ia ceritakan dengan gamblang di Kompasiana untuk dijadikan pelajaran bagi para pembaca. Mulai dari kehidupannya yang menurut beliau begitu susah saat baru menikah di daerah Padang, Sumatera Barat. Hingga kehidupannya kini yang bahagia di negara Australia beserta anak dan cucu.  Pak Tjip (begitu saya memanggilnya) dan istri beliau, Bu Roselina senantiasa membagikan cerita kehidupan mereka dengan terbuka dan riang gembira. Bagaimana mereka melewati masa-masa sulit sampai bisa menjadi seperti sekarang ini. Bagi para pembaca tentu kisah mereka tersebut sangat inspiratif. Bisa dija

[Review] Buku Sesungguhnya Kita Sudah Terlalu Lelah Untuk Memenuhi Ekspektasi Orang Lain

Tahun baru baju baru [X]  Tahun baru buku baru [✓]  Dan itulah yang saya lakukan. Membaca buku baru.  Buku yang saya baca kali ini judulnya “sesungguhnya kita sudah terlalu lelah untuk memenuhi ekspektasi orang lain” karya Nia Hanie Zen. Buku bergenre psikologi yang dikemas dalam bahasa yang ringan. Sehingga pembaca tidak merasa berat dalam mencerna kalimat demi kalimat. Berikut ini sinopsisnya : Buku ini terdiri atas 30 bab yang ditulis dalam bentuk Day 01 dan seterusnya. Tiap babnya mengupas segala hal dengan sangat detail. Seperti bagian 2 yang mengupas tentang diri kita, bagian 12 tentang menjadi produktif dan masih banyak lagi. Dalam tiap bagian yang dibahas dalam buku ini,  kita akan menemukan kalimat-kalimat ajaib yang bisa menjadi motivasi dan semangat diri. Seperti: Dalam proses mengubah kebiasaan buruk,  pertama-tama sangat dibutuhkan niat yang kuat dari diri kita. Ada kemauan untuk berubah dan kesadaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seorang penulis yang produktif ak